Pernahkah kamu mendengar istilah BT dalam dunia pertanian? Ya, itu adalah nama lain dari Bacillus thuringiensis, mikroorganisme pembasmi hama tanaman yang kian banyak di gandrungi para petani. Bakteri ini termasuk dalam kelompok bakteri positif, karena tidak berbahaya bagi tanaman.

Sebagai bakteri, Bacillus mampu menghasilkan kristal pada fase sporulasi dan bersifat racun bagi hama tertentu. Keren kan? Gimana, mau tahu lebih banyak tentang mikroorganisme pembasmi hama tanaman ini? Yuk, simak ulasan berikut sampai akhir!

Mengenal Bacillus Thuringiensis Si Mikroorganisme Pembasmi Hama Tanaman

Jika bakteri biasanya di musnahkan karena di anggap mengganggu, maka lain cerita dengan Bacillus thuringiensis. Bakteri tersebut memiliki karakteristik penting seperti spesifisitasnya yang tinggi, tidak berbahaya bagi manusia, tumbuhan dan hewan, serta residu minimal.

Sifat-sifat ini menjadikannya salah satu pilihan terbaik sebagai mikroorganisme pembasmi hama tanaman. Keberhasilan penggunaan bakteri tersebut menjadi kenyataan pada tahun 1938 ketika pestisida pertama yang di produksi dengan spora muncul.

Sejak saat itu, pengendalian dengan mikroorganisme telah di terapkan sejak lama melalui Bacillus thuringiensis. Dan telah di validasi sebagai salah satu pilihan terbaik untuk mengendalikan hama pertanian.

Fakta- Fakta Menarik Mengenai Bacillus Thuringiensis

Menjadi mikroorganisme pembasmi hama tanaman, Bacillus thuringiensis ternyata juga memiliki beberapa fakta yang menjadikannya semakin menarik di antara jutaan mikroorganisme lainnya. Berikut ini adalah beberapa fakta yang di milikinya.

Warnanya Ungu

Pertama, Bacillus thuringiensis merupakan mikroorganisme gram positif yang artinya bila di lakukan proses pewarnaan akan memperoleh warna ungu. Selain itu, Bacillus merupakan mikroorganisme pembasmi serangga yang memiliki ciri kemampuan menjajah berbagai lingkungan.

Mikroorganisme ini juga bisa di isolasi pada semua jenis tanah. Mikroorganisme pembasmi serangga ini mempunyai sebaran geografis luas, dan bahkan ditemukan di Antartika, salah satu lingkungan paling berbahaya di planet bumi.

Hidup Dengan Dua Fase

Bakteri thuringiensis memiliki siklus hidup dengan dua fase. Fase pertama di tandai dengan pertumbuhan vegetatif, dan fase lainnya di tandai dengan sporulasi. Yang pertama terjadi pada kondisi kaya nutrisi, dan yang kedua terjadi dalam kondisi buruk seperti saat kekurangan substrat makanan.

Larva seperti kupu-kupu, kumbang atau lalat antara lain ketika memakan daun, buah atau bagian tumbuhan lainnya, dapat mencerna endospora mikroorganisme B. thuringiensis. Di saluran pencernaan serangga, karena sifat basanya, protein bakteri mengkristal di larutkan dan di aktifkan.

Protein tersebut kemudian berikatan dengan reseptor di sel usus, membentuk pori-pori dan mempengaruhi keseimbangan elektrolit sehingga menyebabkan serangga mati.

Baca Juga : Hama Tanaman Kopi, Siklus Hidup serta Gejala Serangannya

Berguna Dalam Pengendalian Hama

Potensi entomopatogenik thuringiensis telah di eksploitasi dalam skala besar selama lebih dari 50 tahun untuk perlindungan tanaman.

Berkat perkembangan bioteknologi dan kemajuan, pengaruh bakteri pembasmi ini dapat di manfaatkan melalui dua cara utama. Yaitu bisa melalui produksi pestisida yang di gunakan langsung pada tanaman dan pembuatan makanan transgenik.

Membunuh Serangga Dengan Sadis

Mikroorganisme pembasmi hama, thuringiensis akan larut dalam usus serangga saat pH tinggi dan protoksin, serta enzim dan protein lainnya di lepaskan. Dengan cara tersebut, protoksin menjadi racun aktif dan berikatan dengan molekul reseptor spesifik di sel usus.

Mikroorganisme thuringiensis menyebabkan penghentian konsumsi serangga. Dimana ini akan menyebabkan kelumpuhan usus, muntah, ketidakseimbangan ekskresi, dekompensasi osmotik, kelumpuhan umum dan akhirnya kematian.

Akibat aksi dari bakteri pembasmi serangga pada tanaman tersebut, akan terjadi kerusakan serius pada jaringan usus, mengganggu fungsinya, sehingga mempengaruhi asimilasi nutrisi serangga yang terkena bakteri ini.

Varietas Bakteri Bacillus Thringiensis

Di bawah ini adalah beberapa jenis dari Bacillus thringiensis (Bt) sebagai bakteri pembasmi serangga yang sudah banyak di kenal.

Bacillus Thringiensis Israelensis

Mikroorganisme Bacillus thringiensis varietas israelensis ini dapat membunuh jentik nyamuk dan lalat hitam.

Bacillus Thringiensis Kurstaki

Mikroorganisme Bacillus thringiensis varietas kurstaki dapat membunuh berbagai jenis ulat yang menyerang tanaman pertanian.

Bacillus Thringiensis Aizawai

Mikroorganisme Bacillus thringiensis varietas aizawai sangat efektif membunuh larva ngengat. Terutama larva ngengat punggung berlian (Plutella xylostella) pada tanaman kubis.

Bacillus Thringiensis Tenebrionis

Mikroorganisme Bacillus thringiensis varietas ini sangat efektif membunuh kumbang kentang Colorado Leptinotarsa​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​

Mikroorganisme Pembasmi Hama Tanaman Lainnya

Selain penggunaan bakteri pembasmi serangga Bacillus thrungiensis (Bt) dalam dunia bioteknologi pertanian, terdapat juga beberapa jenis agen hayati (biopestisida) yang dapat membunuh serangga pengganggu pertanian. Berikut ini adalah beberapa jenisnya.

Baca Juga : 10 Jenis Hama Tanaman Cabai dan Cara Penanganannya

Bioinsektisida Baculovirus

Bakteri pembasmi serangga ini digunakan untuk membasmi dan membunuh serangga pengganggu tanaman budidaya, seperti penggerek jagung, kumbang kentang, kutu daun dan kumbang daun, serta hama tanaman kapas.

Baculovirus yang di makan oleh serangga hama/parasit tidak menyebabkan serangga tersebut langsung mati sehingga virus ini dapat menular ke serangga lainnya. Namun pada waktu-waktu tertentu dapat menyebabkan kematian serangga tersebut, sehingga dapat mati secara masal.

Feromon Insekta

Untuk mengendalikan jumlah hama di ekosistem alami, kamu dapat menyemprotkan feromon serangga yang telah di manipulasi menggunakan teknik genetika pertanian. Feromon adalah zat kimia yang di keluarkan oleh mikroorganisme pembasmi hama tertentu.

Kehadiran feromon manipulasi di harapkan dapat menurunkan jumlah populasi hama dengan mencegah keberadaannya di areal pertanian. Ini juga di maksudkan untuk mencegah hama terus melakukan reproduksi, sehingga mengurangi jumlah hama dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Gliocladium Roseum dan Gliocladium Virens

Mikroorganisme pembasmi serangga lainnya, yaitu Gliocladium roseum dan Gliocladium virens. Ini digunakan untuk mengendalikan busuk akar pada cabai oleh jamur Sclerotium rolfsii. Produk komersial yang dapat kamu temukan di Indonesia hadir dengan merek dagang Ganodium.

Trichoderma Sp

Mikroorganisme pembasmi hama yang mulai di gunakan selanjutnya adalah spora Trichoderma sp. Ini digunakan untuk mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman karet dan fusarium pada tanaman cabai. Merek dagang yang bisa kamu temukan adalah Saco P dan Biotri P.

Bacillus Subtilis

Lalu ada juga mikroorganisme pembasmi serangga lain seperti Bacillus subtilis yang merupakan bakteri saprofit yang mampu mengendalikan Fusarium sp pada tanaman tomat. Mikroorganisme pembasmi hama ini telah di produksi secara massal dengan merek dagang Emva dan Harmoni BS.

Phytophthora Palmivora

Mikroorganisme pembasmi serangga lain yang di gunakan pada tanaman adalah DeVine, yang berasal dari Phytophthora palmivora. Ini di gunakan untuk mengendalikan Morrenia odorata, yaitu sejenis gulma pada tanaman jeruk.

Colletotrichum Gloeosporioides

Mikroorganisme pembasmi serangga lainnya juga bisa menggunakan Colletotrichum gloeosporioides. Jenis mikroorganisme ini di jual dengan nama Collego dan di gunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman padi dan kedelai di banyak tempat.

Penutup

Nah, itulah dia penjelasan lengkap yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber mengenai Bacillus thuringiensis sebagai mikroorganisme pembasmi hama tanaman, serta beberapa jenis mikroorganisme pembasmi hama lainnya.

Jadi, dengan pemanfaatan mikroorganisme pembasmi hama tanaman ini penggunaan pestisida, insektiseida dan pembasmi hama berbahan kimia lainnya bisa di kurangi. Dengan demikian alam sekitar tidak akan lagi tercemar dan ekosistem di alam tidak akan terganggu.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.